Pesan Mendagri, Dari Mulai Joyoboyo sampai Jenderal Besar Soedirman

By Admin

nusakini.com-- Jumat dini hari, sekitar pukul 02.00, beberapa menit menjelang pukul 03.00 pagi, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo mengirimkan sebuah pesannya ke grup WhatsApp para wartawan yang biasa meliput di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).  

Menteri Tjahjo sendiri jadi salah satu anggota di grup WA wartawan Kemendagri. Dan, sering Tjahjo mengirimkan pesan-pesan yang kadang dikirim tak terduga, di cuitkan kala dini hari. Seperti sebelumnya, ia kirim pesan panjang berbahasa Jawa. Pesannya sarat dengan makna filosofis. Menurut yang mengerti bahasa Jawa, pesan Menteri Tjahjo adalah penggalan dari ramalan Joyoboyo, ramalan legendaris yang ditulis sastrawan besar Ronggowarsito.  

" Mbesuk yen wis ono kreto tanpa jaran.. 

Tanah Jowo kalungan wesi.. 

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.. 

Kali ilang kedhunge.. 

Pasar ilang kumandange.. 

Iku tondo yen tekane jaman Joyoboyo wis cedhak.."  

"Wong bener thenger-thenger.. 

Wong salah malah bungah.. 

Wong apik malah ditampik.. 

Wong jahat munggah pangkat.. 

Wong agung kasinggung.. 

Wong olo kapujo-pujo.. 

Wong wadon ilang kawirangane.. 

Wong lanang ilang kaprawirane.. 

Akeh wong ngedol elmu.. 

Akeh wong ngaku-aku.. 

"Namung sakniki seng lagi digandrungi yoiku .. 

Ing ngarso numpuk bondho.. 

Ing madyo mangan konco.. 

Tut wuri nggolek rai.."Itu beberapa penggalan pesan yang dikirimkan Menteri Tjahjo via grup WA wartawan Kemendagri. Pesan panjang itu dikirimkan Tjahjo pada malam hari, sesaat setelah jagad pemberitaan diramaikan dengan cerita OTT Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap Bupati Subang, Imas Aryumningsih.  

Jumat dini hari, kembali Tjahjo kirimkan pesan ke grup wartawan Kemendagri. Kali ini pesannya tidak berbahasa Jawa. Pesannya berisi tentang politik. Dalam pesannya, Tjahjo mengatakan, sabar berpolitik itu sangat bagus. Cuma, kata dia, NKRI itu punya sejarah "perang" untuk mendapatkan amanah. Era dulu politik lebih kejam dan terbuka. 

"Jika takdir yang sudah dibawa oleh nenek moyang untuk merebut kekuasaan harus "menyerang" ya kita baiknya harus menyerang jangan diam, dan diam mengalah. Para leluhur malah bisa kecewa dengan sikap kita kita yang menyerah - kekalahan sampai akhir hayat," kata Tjahjo dalam pesannya yang dikirim Jumat dini hari.  

Entah apa maksud serta makna dari pesan tersebut. " Siap, didalam kehidupan kita tetap harus berjuang," Kepala Pusat Penerangan Arief Mulya Eddie ikut menimpali di grup WA wartawan Kemendagri, sesaat setelah Menteri Tjahjo mengirimkan pesannya.  

Namun yang pasti, dalam setiap kesempatan berpidato, salah satu yang sering didengungkan Tjahjo, adalah soal berani menentukan sikap siapa kawan siapa lawan. Kata Tjahjo, terhadap musuh republik, semua elemen bangsa harus berani menentukan sikap, siapa kawan, siapa lawan. Tjahjo juga sering mengutip pernyataan Jenderal Besar Soedirman tentang orang baik dan orang jahat. 

"Orang-orang baik kalau hanya berdiam diri, orang orang jahat akan semakin merajalela. Itu ungkapan Panglima Besar Soedirman. Mari kita jangan membiarkan orang-orang jahat yang akan merajelala," kata Tjahjo, dalam sebuah acara.(p/ab)